Mobil Angker

Dharnoto, 57 tahun, Kontraktor, Surabaya:

Sebagai orang yang berprofesi sebagai kontraktor, aku banyak mengunjungi kota-kota yang jauh dari kota asalku, sesuai dengan proyek yang kudapatkan. Salah satunya adalah Pekanbaru.

Aku dapat proyek pembangunan kantor di Pekanbaru atas tawaran Bambang, sahabatku semasa kuliah dulu, yang tinggal di sana dan tahu kalau aku jadi kontraktor.

Di Pekanbaru aku mengontrak sebuah rumah dekat lokasi proyek yang kutinggali bersama 1 orang staf dan 2 mandor, sementara para buruh bangunan menempati barak di lokasi proyek.

Untuk mendukung mobilitas, aku menyewa beberapa mobil. Satu untuk kupakai sendiri, sebuah minibus, sedangkan lainnya ada truk kecil dan pick up.

Minggu ke dua di Pekanbaru aku mendapat laporan dari salah satu buruh bangunan, namanya Joko. Kata Joko, malam sebelumnya ia terbangun karena ingin buang air kecil yang lokasinya di luar barak. Ketika membuka pintu, ia melihat salah mobil operasional proyek jenis L-300 pick up berkedip-kedip lampu sen-nya. Ia mengira terjadi korslet (arus pendek), tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena ketika hendak mematikan lampu sen, pintu mobil dalam keadaan terkunci. Ia khawatir batere mobil (accu) habis gara-gara itu. Ia tak berani menghubungiku karena kejadiannya tengah malam. Begitu Joko selesai buang air kecil, dilihatnya lampu sen mobil itu sudah mati.

Mendengar cerita Joko, aku langsung perintahkan Toro, salah seorang stafku yang paham soal mobil, untuk memeriksa. Anehnya, mobil bisa langsung hidup saat Toro menstarternya. Artinya, batere mobil dalam keadaan baik-baik saja. Lebih aneh lagi, tuas untuk menyalakan lampu sen dalam keadaan off.

Kejadian itu pun kemudian terlupakan, seiring dengan kesibukanku pada proyek.

Satu minggu kemudian, aku dapat laporan lagi dari Joko. Kali ini ia tidak menemuiku sendiri, melainkan dengan 3 buruh lainnya, nama salah satunya adalah Burhan, sedangkan yang 2 lagi aku lupa. Mereka merasa terganggu ketika malam sebelumnya klakson L-300 yang beberapa kali berbunyi. Kadang pendek, kadang panjang. Mereka yang malam itu sedang ngobrol sambil nonton TV mengira aku datang ke lokasi proyek dan minta dibukakan pintu gerbang. Tapi ketika Burhan, salah seorang buruh,melongok ke ke di antara sela-sela pagar gerbang proyek, ia tak melihat siapa pun di luar.

Begitu Burhan masuk ke barak, kembali terdengar suara klakson. Dengan hati dongkol ia keluar lagi untuk memeriksa asal suara itu. Ternyata dari mobil L-300 yang kemarin menyala lampu sen-nya. Saat menatap ke arah mobil itu Burhan seperti melihat ada sesosok manusia di dalam mobil. Ia panggil Joko dan beberapa rekan sebaraknya untuk melihat juga. Begitu salah seorang dari mereka menyebut “hantu” spontan mereka berhamburan keluar lokasi proyek dan berpindah tidur di trotoar di depan proyek. Tapi malam itu mereka tak bisa tidur, karena asyik membicarakan kejadian yang mereka alami.

Berdasarkan cerita Joko dan rekan-rekannya itu, aku pun berinisiatif untuk membawa L-300 itu ke pemiliknya untuk klarifikasi.

Semula agak sulit mengorek keterangan dari pemilik mobil, sebut saja namanya pak Handoko (karena saya lupa nama sebenarnya). Ia bersikeras kalau mobilnya tidak ada masalah. Namun setelah kudesak dengan sedikit mengancam kalau terjadi lagi peristiwa yang meresahkan buruhku aku akan kembalikan mobil itu tanpa mau membayar kekurangan sewanya, akhirnya ia mau cerita.

Menurut pak Handoko, sebulan sebelum kusewa, mobil itu disewa seseorang untuk dibawa ke Lampung. Sepulang dari Lampung mengalami kecelakaan. Kerusakannya tak seberapa parah, tapi sopirnya, sebut saja namanya Teguh, tewas. Dari botol minuman keras yang ditemukan dalam mobil serta pemeriksaan di speedometer, polisi menduga ia dalam keadaan mabuk dan ngebut hingga berakibat menabrak tiang listrik tepat di posisi sopir.

Pak Handoko akhirnya mengganti dengan mobil lain. Ketika proyek selesai kukembalikan mobil ke pak Handoko. Saat itu cerita kalau mobil “angker” itu telah dibawa ke paranormal untuk “membersihkannya” dari gangguan mahkluk halus. Sejak itu memang tidak ada gangguan lagi, kata pak Handoko. (*)

Seperti diceritakan ybs kepada Tim JBSS.

Artikel Terkait Curhat