Foto ABG Mesum di Kamar Hotel

sipemuas.com - Berikut beberapa kumpulan foto  abg mesum di kamar hotel yang dijamin bisa memuaskan dahaga seks para pencinta tubuh wanita dan khusus kami persembahkan untuk para pengunjung setia di sipemuas.com. Langsung saja simak fotonya dibawah ini.
Foto ABG Mesum di Kamar Hotel || sipemuas.com
Foto ABG Mesum di Kamar Hotel || sipemuas.com
Foto ABG Mesum di Kamar Hotel || sipemuas.com
Foto ABG Mesum di Kamar Hotel || sipemuas.com
Foto ABG Mesum di Kamar Hotel || sipemuas.com
Indonesian Girls
Source: forumkami.net
readmore »»  

Galery Foto Model Barat Versi Bikini

Galery Foto Model Barat Versi Bikini
Galery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi BikiniGalery Foto Model Barat Versi Bikini
readmore »»  

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah jenis gangguan kecemasan di mana seseorang memiliki pikiran dan ketakutan yang tidak masuk akal (obsesi) yang menuntun untuk tmelakukan sesuatu secara berulang-ulang. Dengan obsesif-kompulsif, penderita mungkin menyadari bahwa obsesinya tidak masuk akal, dan mencoba untuk mengabaikan atau menghentikan obsesi tersebut. Tapi itu justru meningkatkan tekanan dan kecemasan. Pada akhirnya, penderita disesatkan untuk melakukan tindakan kompulsif dalam upaya untuk meringankan penderitaan.

Obsesif-kompulsif sering kali punya obsesi aneh seperti takut mendapatkan terkontaminasi oleh kuman. Untuk menghindari ketakutan akan terkontaminasi bakteri tertentu, penderita terus mencuci taangan mereka sampai sakit dan pecah-pecah. Meskipun penderita sudah berusaha keras, pikiran obsesif-kompulsif terus datang kembali. Hingga akhirnya obsesi tersebut mengendalikan pikiran yang mengarah pada perilaku perilaku ritualistik.

Penyebab :

Penyebab obsesif-kompulsif tidak sepenuhnya dipahami. Teori utama tentang penyebab ini menyatakan bahwa OCD berkaitan dengan idiologi, lingkungan, serotonin, dan radang tenggorokan.

Gejala :

Obsesi sering memiliki kasuistik seperti:
  • Takut kontaminasi atau kotoran
  • Impuls agresif atau mengerikan
  • Obsesi pada gambar sensual

Pengobatan :

OCD sulit untuk disembuhkan dan mungkin belum ditemukan obat penawar. Penderita membutuhkan pengobatan untuk sisa hidup mereka. Pengobatan OCD dapat membantu penderita mengendalikan gejala sehingga mereka tidak memerintah kehidupan sehari-hari penderita. Dua perawatan utama untuk OCD antara lain psikoterapi dan obat.

Sumber : detikhealth.com | Foto : Live123.com
readmore »»  

Anakku Menderita OCD

Ria, 47 tahun, Somewhere :

Jika anakku, sebut saja namanya X, yang kini sudah masuk semester terakhir kuliahnya tidak mengalaminya, mungkin aku tidak akan pernah tahu apa itu OCD. Secara garis besar, OCD (Obsessive-compulsive disorder) adalah semacam gangguan kejiwaan berupa kecemasan yang berlebihan sehingga memaksa si penderita untuk melakukan ritual atau kegiatan rutin tertentu yang tak wajar.

Ilustrasi.
Dalam kasus anakku, ritual yang dilakukannya adalah mencuci tangan berulang-ulang, karena merasa tangannya sangat kotor atau telah menyentuh barang-barang yang dalam pikirannya sangat kotor. Skripsi yang seharusnya sudah diselesaikannya setahun lalu terpaksa molor sejak ia menderita OCD karena ia sama sekali tak mau menyentuh laptop maupun komputernya. Yang dilakukannya hanya melamun di kamar.

Perlu kuceritakan sedikit tentang X. X adalah anak yang cerdas, tapi pendiam dan kurang bersosialisasi. Saat kecil ia lebih suka menyibukkan diri dengan membaca komik dan main game. Di sekolah, saat teman-temannya bermain-main di halaman sekolah, ia justru hanya berdiam diri di depan kelas.

Pernah suatu ketika, waktu itu X masih TK, aku merayakan ulang tahunnya di sekolah. Saat acara tiup lilin tiba dan ia harus maju ke depan kelas, ia menangis, tak mau melakukannya. Baru ketika gurunya mengajak teman-temannya untuk maju ke depan kelas, ia mau meniup lilin. Itupun tidak dilakukannya sendiri, tapi bersama-sama dengan temannya.

Saat pertama ia menderita OCD, sekitar 1 tahun yang lalu, aku selalu memarahinya setiap kali ia mencuci tangannya berkali-kali. Ini karena aku belum tahu duduk persoalan yang sebenarnya. Yang kupikirkan hanya tagihan air yang melonjak hingga 100% dari biasanya, karena ia mencuci tangan selalu menggunakan selang agar air langsung mengucur ke tangannya.

Yang membuat aku terhenyak, ketika X menunjukkan print out artikel tentang penyakit seperti yang dideritanya kepadaku. Kata X, ia mencari sendiri dari internet dengan harapan bisa menemukan solusi untuk dirinya sendiri. Saat itulah aku sadar, kalau ada sesuatu yang tak beres dengan X.

Kata X, ia sadar semua yang dilakukannya tidak wajar, tapi ia tak mampu menolaknya. Ia merasa ada dorongan dalam dirinya kalau apapun yang ada di dekatnya kotor, sehingga memaksanya untuk mencuci tangan berulang-ulang.

Atas permintaan X sendiri, aku membawanya ke psikiater. Dari hasil tes psikologi yang dilakukan oleh psikiater memang benar X menderita OCD. Kemudian X diberikan terapi dan obat untuk mengurangi kecemasan yang kerap muncul dalam pikirannya.

Memang setelah minum obat ia merasa tenang, tapi begitu obatnya habis, perilaku tak wajarnya kembali berulang dan makin memburuk. Ia bahkan tak mengijinkan siapapun masuk ke kamarnya karena takut barang-barang miliknya tersentuh oleh orang lain.

Aku dan suamiku lalu membawanya ke psikolog untuk menjalani hipnoterapi. Tapi karena hanya sekali, OCDnya tak berkurang.

Karena tengah menyusun skripsi yang tertunda cukup lama, aku terpaksa menemui salah seorang dosen pembimbingnya untuk memberitahukan masalah yang menimpa X. Syukurlah dosen pembimbingnya mau mengerti keadaan X. Mereka lebih aktif menghubungi X, baik dengan menelepon maupun melalui SMS, untuk memantau perkembangan skripsinya.

Sekali lagi aku membawanya ke psikiater, tapi yang lebih senior, untuk mengatasi masalah X. Oleh psikiater, X diminta rutin datang seminggu sekali dan diberikan obat yang harus diminum selama 6 bulan.

Saat ini, meskipun gejala OCDnya masih terlihat, tapi X sudah mau menyentuh laptop dan komputernya untuk melanjutkan skripsinya yang tertunda.

Aku tahu kalau “penyakit” yang diderita oleh X anakku tak lepas dari kesalahanku di masa lalu. Sejak ia mulai sekolah, aku selalu mendorongnya untuk menjadi yang terbaik di antara teman-teman sekelasnya. Jika ia dapat nilai di bawah 9, aku langsung memarahinya tanpa pernah terpikir olehku dampaknya pada kejiwaan X. Memang hasilnya terlihat nyata karena ia selalu menjadi juara kelas, namun dampak lain yang lebih buruk justru terjadi saat ini.

Aku sadar kalau ini adalah cobaan dari Tuhan untukku dan keluargaku. Yang dibutuhkan adalah ikhtiar, kesabaran ekstra dan doa demi kesembuhan X. (**)
readmore »»  

Bisakah Perilaku Lesbian "Disembuhkan"?

Perilaku seks menyimpang memang tidak mudah untuk sembuhkan bagi kalangan Lesbian atau Gay. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang menjadi penyuka sesama jenis.

"Ada dua faktor yang menjadi penyebabnya, yakni Faktor lingkungan dan faktor Biologis," kata Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Margareta, kepada Okezone di Surabaya.

Dia menjelaskan, faktor lingkungan misalnya adalah ketika para orangtua ingin mempunyai anak laki-laki namun ternyata lahir perempuan.

Pada saat itu mulai didandani sebagai laki-laki, tak ketinggalan juga dengan pakaian yang menyerupai laki-laki. Ketika si Anak ini menginjak puber, sifat laki-lakinya yang dominan, begitu juga sebaliknya.

Kemudian dari faktor Biologis, seorang anak yang menginjak Puber tidak pernah mengalami prilaku remaja pada umumnya. Seperti, munculnya kelamin sekunder, mimpi basah, hingga Haid. Termasuk, salah belajar dalam pengenalan identitas gender.

Selain faktor itu, yang menjadi dominan adalah pengalaman seksual pertama. Seperti misalnya, ketika ada anak yang menjadi korban sodomi, lebih banyak memiliki prilaku seks yang meyimpang. Artinya, jika si anak tersebut menganggap bahwa ketika disodomi ini menjadi pengalaman yang menyenangkan.

"Meski menjadi korban, sodomi misalnya, proses selanjutnya yang berpengaruh sehingga anak tersebut memiliki prilaku seks yang meyimpang," katanya.

Dia juga mengatakan, solusi penanganannya ketika seseorang sudah terjerumus menjadi penyuka sesama jenis adalah perlu adanya restrukturisasi Biologis.

"Kemudian kepada orangtua juga harus memberikan pemahaman bahwa jika anaknya perempuan adalah orientasinya seperti ini. Dan merawat organ reproduksi secara baik," katanya.

Bagaimana Menyembuhkan Perilaku Lesbian?

TERAPI psikologi menggunakan metode ketuk atau yang dikenal dengan spiritual emotional freedom technique (SEFT) ternyata mampu menyembuhkan TKW di Hongkong yang menganut kehidupan lesbian.

“Meskipun hanya satu kasus, tapi setidaknya ini menunjukkan bahwa SEFT bisa dimanfaatkan untuk mengatasi segala gangguan psikologi,” kata pelatih SEFT yang melatih TKW Hongkong, Syarif Thayib, di Surabaya.

Mahasiswa S-3 Universitas Airlangga Surabaya itu mengemukakan, dirinya bersama penemu SEFT, Ahmad Faiz Zainudin, mengadakan pelatihan untuk para TKW Hongkong. Di antara peserta pelatihan terdapat TKW yang lesbian, tapi identitasnya dirahasiakan.

“Para TKW itu memiliki kekhawatiran yang sama akan masa depannya, anak-anaknya, dan hubungannya dengan para suami. Saat diajak bersama-sama membersihkan sampah emosi, para peserta menangis semua, demikian juga ketika berlanjut ke sesi berikutnya,” katanya.

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya itu mengemukakan bahwa pada sesi puncak terapi SEFT, TKW yang lesbi itu menangis lebih mendalam dan kemudian berjanji pada dirinya sendiri untuk meninggalkan pasangannya.

“Setelah tiga hari dari pelatihan itu, TKW yang lesbi tersebut kini sudah menggunakan jilbab. Saya belum tahu lagi perkembangan terakhir dari dia. Namun kami percaya bahwa teman-temannya yang alumni SEFT akan selalu mendampinginya,” katanya menambahkan.

Ia mengemukakan, meskipun terapi SEFT ini bisa permanen, namun karena kasus lesbian ini baru pertama ditangani, pihaknya, termasuk Faiz mengakui bahwa masih ada kemungkinan seseorang kembali ke pilihan lesbian itu.

“Tapi menurut Faiz, pada sesi terapi terakhir itu seseorang sudah mengalami perasaan gembira yang sulit dihilangkan. Biasanya perasaan seperti itu yang akan mengikat seseorang untuk tidak kembali pada persoalan yang dihadapi,” katanya.

Sumber : Okezone Surabaya & Antara – kompas.com
readmore »»  

Bingung

Asha, 19 tahun, Somewhere :

Saat ini aku menempuh semester 3 di sebuah perguruan tinggi negeri. Aku merasakan beban batin yang kusandang demikian beratnya seiring dengan pertambahan usiaku.

Aku sungguh tak mengerti kenapa ini bisa terjadi padaku. Semestinya remaja seusiaku telah merasakan indahnya berpacaran dengan lawan jenis, tapi nyatanya tidak demikian yang kualami. Aku justru lebih tertarik pada sesama perempuan! Ya, aku seorang lesbian.

Sejak awal mulai merasakan keganjilan ini aku selalu berusaha untuk menepis kenyataan itu. Aku mencoba untuk tertarik pada laki-laki teman sekolahku, tapi tak bisa. Meskipun aku punya banyak teman laki-laki yang ganteng, aku sama sekali tak merasakan getar-getar asmara. Justru jika melihat perempuan cantik jantungku berdebar kencang.

Ilustrasi.
Aku berusaha mati-matian menyembunyikan perilakuku yang menurut orang normal dianggap menyimpang itu. Namun makin aku berusaha, batinku makin tersiksa. Dan yang lebih membuat aku menderita, ternyata mama tahu keadaanku ini. Awalnya mama marah, tapi kemudian menjadi lunak sikapnya padaku, mungkin ia menyadari kalau aku butuh bimbingan khusus agar bisa kembali menjadi normal.

Mama tak henti-hentinya mendorongku untuk lebih rajin beribadah serta menyuruhku memakai jilbab, dengan harapan aku selalu ingat Tuhan dan kembali menjalani kehidupan normal sebagaimana remaja perempuan lainnya.

Hampir setiap sendirian aku menangis meratapi nasibku. Jauh di lubuk hatiku aku ingin hidup normal, tapi sulit sekali. Aku justru makin sedih saat mencoba untuk jatuh cinta pada salah satu teman di kampus, tapi tak bisa. Hasratku pada laki-laki seakan padam sebelum kunyalakan. Aku lebih suka membayangkan berpacaran dengan teman perempuan yang menarik hatiku.

Ya, Allah ... Tolonglah hamba-Mu yang sedang bingung ini. Aku tak pernah minta dilahirkan sebagai seorang lesbian. Aku benar-benar kesepian dengan keadaanku ini. (**)

readmore »»  

Kumpulan Curhat “Fantasi Terliarku” (1)

Terima kasih kepada kamu-kamu yang telah mengirimkan curhat “Fantasi Terliarku”. Sejauh ini kami telah menerima 7 curhat dan kami tampilkan dengan harapan bisa menginspirasi yang lain untuk berperan serta.

Berikut ini 7 curhat “Fantasi Terliarku” :


Aan (nama samaran), Laki-laki, 25 tahun, Kendal :
Aku sering berkhayal kencan semalam suntuk dengan Syahrini. Dia itu wow banget gitu loh. Membayangkan dia bu**l xi xi xi xi ...

Fifi (nama samaran), Perempuan, 25 tahun, Solo :
Fantasi terliar? Hmm... apa ya? Ciuman sama Shahrukh Khan kali ya?

JP, 31 tahun, Laki-laki, Jakarta :
Dari dulu gua pengeeeeen banget punya Alphard, biar cewe-cewe pada naksir gue gitu ...

X-man (nama samaran), 22 tahun, Laki-laki, Gombong :
Saya suka berfantasi yang aneh-aneh. Salah satunya adalah bisa menghilang dan terbang.

Dora (nama samaran), 24 tahun, Perempuan, Medan :
Aku berharap jadi pacar Daniel Craig (pemeran James Bond). Dia itu jantan banget. Pasti puas deh kalau sama dia!!

Romantic Blue (nama samaran), 32 tahun, Laki-laki, Malang :
Pingin kaya raya, biar semua bisa kubeli. Termasuk cinta si Melanie yang nolak cintaku hanya gara-gara aku gak punya mobil.

RR, 24 tahun, Laki-laki, Tangsel :
Fantasiku yang paling liar adalah terdampar di pulau yang indah berdua dengan Dewi Sandra! Tiada hari tanpa bercinta dah pokoknya!!!

Jika kamu sudah terinspirasi untuk curhat tentang fantasi terliarmu, langsung saja klik di sini!
readmore »»